Skip to main content

Anak Muda Bergerak dalam Media


Kehadiran internet seperti sesuatu yang menggemparkan. Mayoritas, sih, disambut dalam artian positif. Salah satu produk yang lahir dan mendunia dari internet adalah apa yang kita kenal dengan media sosial. Memang, media sosial itu banyak banget manfaatnya. Sebagai contoh seperti apa yang saya baca dari jurnal dari Merlyna Lim, ia membahas tentang bagaimana pengaruh media sosial di Indonesia pada khususnya. Artikel/jurnal ini mengkritisi tentang pengaruh-pengaruh dan berbagai aktivisme atau gerakan yang muncul sebagai pemanfaatan eksistensi media sosial di Indonesia.

Siapa yang tidak tahu Twitter? Facebook? Zaman sekarang dua media sosial itu tentu hal yang popular di telinga masyarakat. Facebook eksistensinya sangat berpengaruh pada zamannya. Hampir semua orang memiliki satu akun Facebook. Untuk apa? Kalau saya pribadi menggunakannya untuk menjalin relasi dengan teman-teman dan keluarga. Facebook berisi postingan status, foto, dan bisa chatting. Lalu, zaman berganti sehingga memberi kesempatan bagi Twitter untuk menggantikan posisi Facebook saat itu. Ya, memang se-popular apapun itu Twitter, Facebook tetap tidak tergantikan bagi para peminatnya. Sampai sekarang. Twitter dianggap lebih ‘berkelas’. Twitter berisi cuitan-cuitan remeh sampai berbobot.

Nah, di antara dua media sosial yang berbeda tersebut, ada satu kesamaan manfaat yang bisa diperoleh. Keduanya dapat menjadi lapak promosi maupun tempat berkembangnya influencer. Yang mau saya bahas di sini adalah bagaimana media sosial bisa berdampak bagi masyarakat. Media sosial sebenarnya sangat menguntungkan para aktivis untuk mengemukakan opininya. Suatu hal yang patut diperjuangkan, seperti hak dan keadilan, juga bisa disuarakan di sini. Banyak contoh kasus-kasus di Indoneisa maupun mancanegara yang bisa diketahui masyarakat walaupun melalui ketidakmungkinan. Banyak hal, kasus, masalah, ataupun hal lain yang bisa menggugah hati masyarakat untuk ikut menyelesaikan. Media sosial oleh para “manusia peduli” digunakan sebagai ajang untuk mengajak masyarakat berpikir dan bertindak. Kasus pembunuhan, pembully-an, bencana alam, dan sebagainya bisa cepat teratasi karena media sosial, dan ini sudah banyak buktinya. Tetapi ada satu pemikiran kritis yang muncul dalam jurnal Lim ini. Kenapa oleh media sosial tidak membabat habis kasus-kasus untuk terselesaikan? Mengapa masih banyak dari sekian banyak kasus yang seolah-olah ditutupi kebenarannya dan seperti ada oknum di belakangnya? Mengapa masyarakat, Indonesia khususnya, tidak memanfaatkan kelebihan media sosial ini secara lebih maksimal?

Untuk anak muda, ditunggu jawaban dan aksinya..

Comments